Senin, 05 Desember 2016

Manfaat Filsafat Pengetahuan Bagi Masyarakat


 Manfaat Filsafat Pengetahuan Bagi Masyarakat

Dengan mempelajari filsafat pengetahuan dan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan, seseorang akan memperoleh manfaat yang besar sekali bagi kerjanya kelak di kemudian hari. Karena semua pekerjaan pada dasarnya berkaitan dengan upaya memecahkan masalah tertentu. Inilah yang dipelajari dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Yang terutama dipelajari dalam masing-masing ilmu adalah kemampuan teknis dalam masing-masing ilmu , sedangkan filsafat ilmu pengetahuan lebih melatih mahasiswa untuk mampu melihat masalah , mampu melihat sebabnya, apa akibatnya, dan apa solusinya. Ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat pritan-elitis, melainkan juga pragmatis. Dalam pengertian, ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti sekedar memuaskan rasa ingin tahu manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi manusia dalam hidupnya.
Manfaat filsafat adalah sebagai alat mencari kebenaran dari gejala fenomena yang ada, mempertahankan , menunjang dan melawan/berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri.
Apabila dijabarkan , berikut ini manfaat filsafat secara umum;
·         Diperiloh pengertian yang mendalam tentang manusia dan dunia.
·         Memperoleh kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis tentang berbagai dari bermacam pandangan
·         Memperoleh dasar metod dan wawasan yang lebih mendalam serta kritis dalam melaksanakan  studi pada ilmu-ilmu khusus.

Beberapa manfaat filsafat bagi manusia:
1.       Manfaat filsafat bagi diri sendiri;
o   Filsafat memberikan ketentraman dalam hal pemikiran, dan segala sesuatu itu tidak nampak seperti apa adanya.
o   Filsafat mengantarkan manusia pada derajat yang di janjikan Allah, derajat kemuliaan.
o   Filsafat mampu menjawab pertanyaan siapa kita, mau kemna kita
o   Berfilsafat  mampu memberikan kepuasan diri dalam hal pencarian kebenaran  yang sebenarnya.
o   Berfilsafat mampu membuat kita untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan kita dalam hal menyampaikan pendapat yang benar,membedakan argument yang baik dan buruk.
                                                                                                                                                       
2.       Manfaat fisafat bagi manusia;
o   Filsafat akan membimbing manusia menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang ada dalam pemikiran manusia.
o   Filsafat akan memberikan manusia pandangan hidup, cara dan untuk bertahan hidup.
o   Menjado sumber inspirasi dan pedoman dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, politik, sosial, dan agama.
o   Filsafat mengajarkan manusia berfikir secara bijaksana dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam kehidupannya dengan cara berfikir logika
o   Filsafat memberikan dasar dasar , baik untuk kehidupan sendiri(terutama dalam etika)  maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik dan sebagainya.
o    Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya  tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyarisnyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
o    Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
o   Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
o   Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala macam ilmu dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
o   Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
o   Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
o   Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
o   Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik.
o   Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
o   Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya
o    Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
o   Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
o    Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
o    Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
o   Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah
o   Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni.
o   Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
o   Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
o   Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
o   Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran.  Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.

3.    Manfaat filsafat bagi ilmu pengetahun
Filsafat menguak keterbatasan manusia untuk mengetahui semua ilmu pengetahuan, berfilsafat dalam ilmu pengetahuan akan memunculkan hakekat kebenaran dari  sebuah ilmu yang akan bermanfaat bagi manusia.

          Pentingnya filsafat bagi manusia, untuk menjaga stabilitas keilmuan yang sudah ada dengan terus dimodofikasi dengan penelitian ilmiah, mencari hakekat kebenaran dari ilmu, dan menciptakan lmu pengetahuan yang berguna bagi generasi selanjutnya guna meneruskan peradban dunia. Apabila manusia berhenti berfilsafat itu artinya manusia berhenti berfikir.

STRATEGI MENGULANG ELABORASI DAN ORGANISASI


D
I
S
U
S
U
N

OLEH

KELOMPOK 1                 :
                                                                1.YUDINA  LAIA
                                                                2. NURHAYATI  NDRURU
                                                                3. TITI HANDAYANI  ZAMILI
4. PRISKA VALENTINA  LAIA
  PRODI                                  :BAHASA INGGRIS
  KELAS/SEM                     :3-III
 DOSEN PENGAMPU      :SANIAGO DAKHI S.pd,M.Hum

 




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NIAS SELATAN
T.A. 2014/2015

                                                   


    KATA PENGANTAR

           Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan pertolongan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kami membuat makalah ini dengan tujuan agar pembaca bisa memahami materi yang kami tuangkan dalam sebuah diskusi, yang membahas tentang STRATEGI MENGULANG ELABORASI DAN ORGANISASI. Dan kami juga berterimakasih kepada bapak SANIAGO DAKHI S.pd, M. Hum yang telah mengajarkan kami dalam membuat makalah ini.
           Dalam makalah ini kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dalam belajar dan pembelajaran. Dalam makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari kawan semua untuk menyempurnakan makalah ini lebih baik lagi. Atas perhatian bersama kami ucapka terima kasih.

                                                                          
                                                                                Telukdalam, 25 November 2014
                            








BAB I
STRATEGI-STRATEGI BELAJAR

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran perlu
dipertimbangkan karena berpengaruh dalam penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Guru dituntut mampu memilih
strategi yang dapat membelajarkan siswa melalui proses pengajaran yang dilaksanakan agar pengajaran dapat tercapai secara efektif dan hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan. Interaksi belajar mengajar yang baik terjadi apabila guru tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh
karena itu dalam pembelajaran, faktor keaktifan merupakan subjek belajar yang sangat menentukan.

B. RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR
1. Istilah dan Pengertian
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif.
 Sulistyono (2003), mendefinisikan strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru.
Nama lain strategi-strategi belajar (learning strategies) adalah strategi-strategi kognitif yaitu suatu strategi belajar yang mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir siswa yang digunakan pada saat menyelesaikan tugas-tugas belajar (Nur, 2007). Dengan kata lain, bahwa strategi-strategi tersebut lebih dekat pada hasil belajar kognitif daripada tujuan-tujuan belajar perilaku.
Norman dalam Nur (2000b:6) juga memberikan argumen yang kuat tentang pentingnya pengajaran strategi. Pengajaran strategi belajar berdasarkan pada dalil, bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri. Ini menjadikan strategi-strategi belajar mutlak diajarkan kepada siswa secara tersendiri, mulai dari kelas-kelas rendah sekolah dasar dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi.

2. Tujuan Strategi Belajar

Mengajar pada dasarnya meliputi mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri sendiri ( Weistein dan Meyer dalam Nur 2000). Secara lebih detail Weistein dan Meyer dalam Nur (2000;6) mengatakan:
Merupakan hal yang aneh apabila kita mengharapkan siswa belajar namun jarang mengajarkan mereka tentang belajar. Kita mengharapkan siswa untuk memecahkan masalah namun tidak mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Dan sama halnya, kita kadang-kadang meminta siswa mengingat sejumlah besar bahan ajar namun jarang mengajarkan mereka seni menghafal. Sekarang tibalah waktunya kita membenahi kelemahan tersebut, tibalah waktunya kita mengembangkan ilmu terapan tentang belajar dan pemecahan masalah dan memori. Kita perlu mengembangkan prinsip-prinsip umum tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana memecahkan masalah dan kemudian mengemasnya dalam bentuk pelajaran yang siap diterapkan dan kemudian masukan metode-metode ini dalam kurikulum

Berdasarkan pernya
taan tersebut, maka mengembangkan dan mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa merupakan tugas seorang guru untuk membentuk siswa menjadi pembelajar dengan pengendalian diri/mandiri (self-regulated Learning), Menurut Arends(1997:245) pembelajaran mandiri (self regulated learner) adalah pembelajaran yang dapat melakukan hal penting dan memiliki karakteristik, antara lain:
(1) Mendiagnosis secara tepat suatu situasi pembelajaran tertentu
(2) Memiliki pengetahuan startegi-strategi belajar efektif, bagaimana serta kapan menggunakannya
(3) Dapat memotifasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motifaror eksternal
(4) Mampu tetap tekun dalam tugas sehingga tugas itu terselesaikan
(5) Belajar secara efektif dan memiliki motifasi abadi untuk belajar

                 3. Langkah Mengajarkan Strategi-strategi Belajar

Untuk mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa terdapat beberapa hal/langkah-langkah yang harus diperhatikan yaitu:
(1) Memberitahu siswa bahwa mereka akan diajarkan suatu strategi belajar, agar perhatian siswa terfokus
(2) Menunjukan hubungan positif penggunaan strategi belajar terhadap prestasi belajar dan memberitahukan perlunya kerja fikiran ekstra untuk emmbuahkan prestasi yang tinggi
(3) Menjelaskan dan memeragakan strategi yang diajarkan
(4) Menjelaskan kapan dan mengapa suatu strategi belajar digunakan
(5) Memberikan penguatan terhadap siswa yang memakai strategi belajar
(6) Memberikan praktek yang beragam dalam pemakaian strategi belajar
(7) Memberikan umpan baik saat menguji materi dan strategi belajar tertentu
(8) Mengevaluasi penggunaan strategi belajar, dan memdorong siswa untuk melakukan evaluasi mandiri


C. VARIAN STRATEGI-STRATEGI BELAJAR
Berdasarkan teori kognitif dan pemrosessan informasi, maka terdapat beberapa strategi belajar yang dapat dibgunakan dan diajarkan, yaitu:
1. Strategi Mengulang (rehearsal strategies)
Agar terjadi pembelajaran, pembelajaran harus melakukan tindakan pada informasi baru dan menghubungkan informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang (rehearsal) dan mengulang kompleks (complex reheasal).
a. Menggaris
bawahi
b. Membuat Catatan-catatan Pinggir 
2. Strategi-strategi Elaborasi (elaboration strategies)
a. Defenisi
Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau cerita. Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan.
Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin.
D. Temuan Penelitian tentang Teori Elaborasi

Penelitian-penelitian itu dilaksanakan oleh ausubel (1968), Reigeluth dan Stein (1983), Hanclosky (1986), Degeng (1988), Wedman dan Smith (1989), dan lain-lain.
1.      Penelitian Oleh Hanclosky (1986)
Adalah orang pertama yang melakukan penelitian membandingkan teori Elaborasi, advance organizer, dan analisis tugas dalam belajar konsep dan prinsip. Salah satu dari sejumlah hipotesis yang diuji adalah bahwa untuk belajar konsep dan prinsip teori Elaborasi lebih unggul, jika dibandingkan dengan advance organizer dan analisis tugas.
2.      Penelitian oleh Degeng (1988)
Dalam penelitiannya, Degeng membandingkan model pengorganisasian pembelajaran Elaborasi dengan buku teks. Isi buku teks diorganisasi kembali mengikuti rambu-rambu model Elaborasi. Selanjutnya organisasi isi berdasarkan buku teks asli dan organisasi isi berdasarkan model Elaborasi, dibandingkan pengaruhnya terhadap perolehan belajar informasi verbal, konsep, dan retensi. Ditemukan pengorganisasian pembelajaran dengan model Elaborasi lebih unggul dari pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan urutan buku teks, baik untuk belajar informasi verbal maupun konsep.
3.      Penelitian oleh Wedman dan Smith (1989)
Tujuannya adalah menguji pengaruh pembelajaran yang diorganisasi dengan hirarkhi belajar dan model Elaborasi pada hasil belajar mengingat dan menerapkan prinsip. 69 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah produksi media pendidikan mempelajari satu dari dua versi teks pembelajaran yang berkaitan dengan prinsip-prinsip fotografi. Satu versi diorganisasi dengan menggunakan preskripsi hirarkhi belajar, dan yang kedua menggunakan preskripsi model Elaborasi.

C. Komponen strategi teori Elaborasi

Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu:
1) Urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran
Merupakan rangkaian sederhana ke rangkaian yng lebih kompleks dimana,
* Ide umum yang digambarkan tidak hanya meringkas ide yang ada
* Penggambaran (epitomize) dilakukan berdasarkan pada tipe materi tunggal.
Penggambaran (epitomize) dan meringkas dibedakan dalam dua hal penting ;
1.Menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari kelas
2.Menyajikannya secara konkrit, penuharti, pada tingkat aplikasi.
Meringkas penyajiannya mempertimbangkan hal-hal yang lebih luas, tetapi lebih dangkal, abstrak, pada tingkatan mengingat.
Proses epitomizing dilakukan dengan salah satu dari tiga tipe materi : konsep, prosedur, prinsip.

Konsep adalah sekumpulan objek, peristiwa, simbol yang mempunyai karakter pasti.
Prosedur adalah kumpulan tindakan yang berpengaruh pada sesuatu yang dicapai.
Prinsip adalah mengenal hubungan antara perubahan pada sesuatu dan perubahan pada yang lain. Hal ini dinamakan hipotesa, proposisi, aturan, hukum tergantung jumlah bukti kebenarannya.
Dari tiga tipe materi ini dipilih yang paling penting untuk mencapai tujuan umum dalam kelas. Untuk selanjutnya rangkaian elaborasi mempunyai karakterisasi : konseptual organisasi, prosedur organisasi, teori organisasi. Esensi proses epitomizing memerlukan :
- Menyeleksi salah satu tipe materi sebagai materi organisasi ( konsep, prinsip, prosedur )
- Membuat daftar pada materi organisasi yang telah dipelajari dalam kelas.
- Menyeleksi beberapa materi organisasi yang lebih mendasar, sederhana, dan fundamental.
- Menyajikan ide pada tingkatan aplikasi

2) Urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran)
Struktur belajar adalah struktur yang menunjukkan fakta atau ide yang harus dipelajari sebelum mendapatkan ide yang baru.

3) Summarizer (rangkuman)
Meringkas adalah komponen strategi yang memberikan :
- Pernyataan singkat pada tiap masalah/ide dan fakta yang telah dipelajari
- Contoh referensi untuk setiap masalah/ide
- Beberapa diagnose, tes praktek untuk diri sendiri untuk tiap masalah/ide.

4) Syintherizer (sintesa)
Dalam pembelajaran sangat penting menggabungkan dan menghubungkan materi/ide yang yang telah dipelajari seperti :
-   Memberikan macam-macam pengetahuan yang bernilai kepada pelajar .
-   Memberikan fasilitas pengertian yang mendalam pada individu melalui perbandingan dan perbedaan.
-  Menambah efek motivasi dan keberartian pada pengetahuan baru .
-   Menambah ingatan dengan menambah kreasi yang berhubungan pengetahuan baru dan diantara pengetahuan baru dengan siswa yang relevan dengan pengetahuan sebelumnya.
Sintesa adalah strategi untuk menghubungkan dan menggabungkan kumpulan konsep, kumpulan prosedur, kumpulan prinsip.

5) Analogi
Analogi menggambarkan kesamaan antara beberapa masalah/ide baru dengan yang sudah dikenal diluar materi yang diajarkan. Analogi menolong ketika ada masalah/ide yang sukar untuk dimengerti, dengan menghubungkan materi yang sukar dan belum kita kenal ke pengetahuan yang sudah dikenal tetapi diluar materi yang diajarkan.

6) Cognitive strategy activator (pengaktif strategi kognitif)
Pembelajaran akan lebih efektif untuk memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak sadar menggunakan strategi kognitif yang relevan, karena bagaimana proses pemberian input pada siswa merupakan rangkaian yang penting dalam proses belajar. Strategi kognitif meliputi kecakapan belajar dan kecakapan berfikir yang dapat digunakan secara menyeluruh pada materi, seperti mengkreasikan mental image dan mengenal analogi. Strategi kognitif dapat dan harus diaktifkan selama pelajaran. 2 arti pada penyelesaian telah digambarkan Rigney (1978) sebagai berikut :
-   Pertama, pembelajaran didesain dalam setiap cara untuk mendorong siswa menggunakan strategi kognitif khusus, seringkali tanpa disadari siswa dalam kenyataannya menggunakan strategi ini. Strategi ini meliputi pembelajaran dengan menggunakan gambar, diagram, mnemonic, analogy, dan peralatan yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan materi tertentu.
-    Bentuk kedua pada aktivator adalah strategi dimana secara langsung mempekerjakan strategi kognitif yang telah diperoleh sebelumnya.

7) Kontrol belajar.
Siswa diberi kebebasan dalam hal seleksi dan mengurutkan :
1.      Materi yang telah dipelajari
2.      Peringkat yang akan dipelajari
3.      Komponen strategi pembelajaran yang diseleksi dan urutan yang digunakan
4.      Strategi kognitif khusus siswa yang mengerjakan ketika berhubungan dengan pembelajaran.
.
2 cara yang dapat dilakukan dalam memberikan materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Elaborasi, yaitu:
1.      Menjelaskan satu topik materi, dimulai yang mendasar hingga pada kedalaman materi yang diinginkan dan dilanjutkan dengan menjelaskan topik materi yang lainnya dengan cara yang sama dengan sebelumnya.
2.       Menjelaskan seluruh submateri secara keseluruhan, yang mendasar dan dilanjutkan kepada bagian submateri secara keseluruhan, hingga kedalaman materi yang diinginkan.

D. Prinsip-prinsip teori Elaborasi dalam pembelajaran

a.       Menyajikan kerangka mata kuliah pada fase atau pertemuan pertama
b.      Bagian-bagian yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya di elaborasi secara bertahap
c.       Bagian yang terpenting hendaknya di elaborasi pertama kali
d.      Kedalaman dan keluasan elaborasi hendaknya dilakukan secara optimal
e.       Pensintesis hendaknya diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi
f.       Jenis pensintesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi mata kuliah
g.      Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis

E. Langkah-langkah pengajaran dengan model Elaborasi

a.       Pengajaran dimulai dengan menyajikan kerangka isi struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.
b.      Elaborasi tahap pertama, yaitu mengElaborasi tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal).
c.       Pada akhir Elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-kontruk yang diajarkan dalam Elaborasi.
d.      Elaborasi tahap kedua. Setelah Elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan dengan kerangka isi, pengajaran diteruskan ke Elaborasi tahap kedua, yang mengElaborasi bagian pada Elaborasi tahap pertama dengan maksud membawa pebelajar pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pengajaran. Pada Elaborasi tahap kedua ini juga disertai rangkuman dan pensintesis internal.
e.       Pemberian rangkuman. Pada akhir Elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti pada Elaborasi tahap pertama.
f.       Setelah semua Elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk Elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya sesuai dengan kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pengajaran.
g.      Pada tahap akhir pengajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.

3. Strategi Organisasi (organization strategies)

Seperti halnya strategi elaborasi, strategi organisasi bertujuan membantu pembelajaran meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Strategi-strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi sub set yang lebih kecil. Strategi-strategi ini juga terdiri dari pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Outlining, mapping, dan mnemonics yang meliputi pemotongan, akronim dan kata terkait merupakan strategi organisasi yang umum.

a. Outlining
Dalam outlining atau membuat kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Dalam pembuatan kerangka garis besar tradisional satu-satunya jenis hubungan adalah satu topik kedudukannya lebih rendah terhadap topik lain. Sama dengan strategi lain, siswa jarang sebagai pembuat kerangka yang baik pada awalnya, namun mereka dapat belajar menjadi penulis kerangka yang baik apabila diberikan pengajaran tepat dan latihan yang cukup.

b. Pemetaan Konsep (concept mapping )
Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988:149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (1988:149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.

c. Mnemonics
Mnemonics merupakan metode untuk membantu menata informasi yang menjangkau ingatan dalam pola-pola yang dikenal, hingga lebih mudah dicocokan dengan pola skemata dalam memori jangka panjang.

d. Chunking (potongan)
Misalnya seseorang dapat mengingat nomor telepon 10 angka karena ia telah membaginya dalam tiga kelompok, yaitu kode wilayah, kode tempat dan tiga nomor orang yang dituju.

e. Akronim (singkatan)
Akronim adalah singkatan [kependekan] yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Misalnya ABRI merupakan singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; Rudal singkatan dari peluru kendali; Meyjen singkatan dari Mayor Jenderal dan lainya. 


BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
perencanaan pembelajaran dengan membuat silabus dan RPP sebelum  memulai pembelajaran, akan tetapi, selain membuat silabus dan RPP , dalam  pembelajaran inkuiri ini guru dituntut mampu menyiapkan  media yang tepat  yang bisa menimbulkan rasa keingintahuan siswa mengenai materi tersebut.  Untuk melihat kemandirian belajar siswa, di dalam penelitian ini guru  senantiasa menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), pemberian lembar kerja  siswa sebagai tugas ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam  meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang diajarkan dan mengembangkan pendapatnya secara individu. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru berpedoman dengan RPP untuk melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri, guru senantiasa  memulai pembelajaran dengan aktivitas tanya-jawab dengan siswa  mengenai materi yang dihubungkan dengan permasalahan yang timbul di lingkungan sekitar mereka, ini dimaksudkan agar memunculkan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat. Dalam penyampaian materi guru senantiasa menggunakan media  pembelajaran yang tepat untuk  menghubungkan materi dengan permasalahan, media yang tepat untuk  digunakan berupa video dan sosial media lainnya berupa koran dan bahan  ajar lainnya













DAFTAR PUSTAKA

 [1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran  Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarata: Rineka cipta, 2002), 5

 [2] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 124.

 [3] Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar (Surabaya : Unesa Pusat Sains dan Matematika Sekolah, 2004), 6-7.

 [4] Muhammad Nur, Strategi-strategi. 2004, 25-41.

 [5] Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar (Surabaya : Unesa Pusat Sains dan Matematika Sekolah, 2000), 29.

 [6] Muhammad Nur, Strategi-strategi. 2004, 9-10.

 [7] Margaret E. Bell Gredler, terjm. Munandir,  Belajar dan Membelajarkan (Jakarta : Rajawali, 1991), 237.

 [8] Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar (Surabaya : Unesa Pusat Sains dan Matematika Sekolah, 2004), 87.

 [9] Angelo, T.A., (2000). Transforming Departements into Productive Learning Communities, In A.F. Lucas & Associates, Leading Academic .

 [10] Bensimon, E.M., K. Ward dan K. Sanders (2000). The Departement Chair’s Role in Developing New Faculty and Scholars, Bolton, MA: Anker Publishing.

 [11] Birnbaum, R., (1998). How Colleges Work: The Cybernetics of Academic Organization and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass Inc.
Blustain, H., P. Goldstein dan G. Lozier (1999).

 [12] Assessing teh New Competitive Landscape in R. Katz & Associates (Eds), Dancing with The Davil: Information ecjnology abd the new Competition in Higher Education, pp.

 [13] Management: Implications for Higher Education, pp. 233-243, Maryville, MO: Prescott.
Creswell, J.W., D.W. Wheeler, A.T. Seagren, N.J.Egly dan K.D. Bayer (1990).

[14] Lincoln: University Of Nebraska Press. Dill, D.D., (1999). Academic Accountability and
University Adaptation: The Architecture of an Academic Learning Organization, Higher Education, 38, Pp.127-154.

[15] Boston: Harvard Business School Press. Gephart, M.A., V.J. Marsick, M.E. Von Buren, dan
M.S. Spiro (1996). Learning Organization Come Alive, Training and Development, December, pp. 35-45.