Hati di rundung piluPada pergantian tahun yang sudah di ujung tandukpergumulan yang lebih dalam dari sekedar kata kataTersirat doa dan harapan yang mendalamBiarlah waktu yang menjawab dan Tuhan yang besertaBersama suka duka yang akan jadi kenanganKarna ku tahuWaktu ini terus melaju Tanpa menungguLembaran itupun akan berlalubersama coretan yang Mengikuti laju waktuYang Kadang tanpa maknaAtau kadang hanya sdikit maknaAda harapan untuk lembaran berikutnyaSemoga memiliki makna dan manfaatKan kuselesaikan puisiku iniBersama rasa yang serasa di sayatPuisiku yang di rundung piluPuisiku yang menahan maluPada tahun yang akan berlaluYang tahu kesalahanku kebodahankuDan benalu benalu jahat di hatikuKebencian yang mengerogoti pikirankuYang mengharap pembaharuan di tahun yang baruMimpiku harapanku !!!
Jumat, 30 Desember 2016
aku
Senin, 05 Desember 2016
Manfaat Filsafat Pengetahuan Bagi Masyarakat
Manfaat Filsafat Pengetahuan Bagi Masyarakat
Dengan mempelajari filsafat
pengetahuan dan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan, seseorang akan
memperoleh manfaat yang besar sekali bagi kerjanya kelak di kemudian hari.
Karena semua pekerjaan pada dasarnya berkaitan dengan upaya memecahkan masalah
tertentu. Inilah yang dipelajari dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.
Yang terutama dipelajari dalam masing-masing ilmu adalah kemampuan teknis dalam
masing-masing ilmu , sedangkan filsafat ilmu pengetahuan lebih melatih
mahasiswa untuk mampu melihat masalah , mampu melihat sebabnya, apa akibatnya, dan
apa solusinya. Ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat pritan-elitis, melainkan
juga pragmatis. Dalam pengertian, ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti sekedar
memuaskan rasa ingin tahu manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi manusia dalam hidupnya.
Manfaat filsafat adalah sebagai
alat mencari kebenaran dari gejala fenomena yang ada, mempertahankan ,
menunjang dan melawan/berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
Memberikan ajaran moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Menjadi sumber
inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu
sendiri.
Apabila dijabarkan , berikut ini
manfaat filsafat secara umum;
·
Diperiloh pengertian yang mendalam tentang
manusia dan dunia.
·
Memperoleh kemampuan untuk menganalisis secara
terbuka dan kritis tentang berbagai dari bermacam pandangan
·
Memperoleh dasar metod dan wawasan yang lebih
mendalam serta kritis dalam melaksanakan
studi pada ilmu-ilmu khusus.
Beberapa manfaat filsafat bagi manusia:
1.
Manfaat filsafat bagi diri sendiri;
o
Filsafat memberikan ketentraman dalam hal
pemikiran, dan segala sesuatu itu tidak nampak seperti apa adanya.
o
Filsafat mengantarkan manusia pada derajat yang
di janjikan Allah, derajat kemuliaan.
o
Filsafat mampu menjawab pertanyaan siapa kita,
mau kemna kita
o
Berfilsafat
mampu memberikan kepuasan diri dalam hal pencarian kebenaran yang sebenarnya.
o
Berfilsafat mampu membuat kita untuk berfikir
kritis dan mengembangkan kemampuan kita dalam hal menyampaikan pendapat yang
benar,membedakan argument yang baik dan buruk.
2.
Manfaat fisafat bagi manusia;
o
Filsafat akan membimbing manusia menemukan
jawaban dari semua pertanyaan yang ada dalam pemikiran manusia.
o
Filsafat akan memberikan manusia pandangan
hidup, cara dan untuk bertahan hidup.
o
Menjado sumber inspirasi dan pedoman dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, politik, sosial, dan agama.
o
Filsafat mengajarkan manusia berfikir secara
bijaksana dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam kehidupannya
dengan cara berfikir logika
o
Filsafat memberikan dasar dasar , baik untuk
kehidupan sendiri(terutama dalam etika)
maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa,
ilmu mendidik dan sebagainya.
o
Menyadarkan
seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”yakni
hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan
kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan
nyarisnyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial
kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah
perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu
pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka para ilmuwan akan
menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi
intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan
ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi
keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
o
Mengembangkan
ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui
paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual
keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
o
Mengembangkan
ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui
paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan
intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
o
Mengembangkan
ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui paradigma
aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta
mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala macam ilmu
dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan manusia, namun
juga untuk kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
o
Menambah
pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap
sempit dan tertutup.
o
Menjadikan
diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
o
Menyadari
akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya dengan
orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
o
Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan
manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan
alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik.
o
Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita
sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita
mengalami dan menyadari keberadaan kita.
o
Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan
untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan,
apalagi melihat pemecahannya
o
Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas,
sehingga dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya
melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
o
Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal,
holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti
pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar,
tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat
sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
o
Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk
hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan
dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
o
Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat
bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh
dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari
penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang
mistis dan dogma.
o
Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan
persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah
o
Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis
bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni.
o
Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang
jelas bagi setiap disiplin ilmu.
o
Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode
pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan
antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan
kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
o
Filsafat
ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
o
Menghindarkan
diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai
satu-satunya cara memperoleh kebenaran. Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni
tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.
3.
Manfaat filsafat bagi ilmu pengetahun
Filsafat menguak keterbatasan manusia untuk mengetahui semua ilmu
pengetahuan, berfilsafat dalam ilmu pengetahuan akan memunculkan hakekat
kebenaran dari sebuah ilmu yang akan
bermanfaat bagi manusia.
Pentingnya filsafat bagi manusia,
untuk menjaga stabilitas keilmuan yang sudah ada dengan terus dimodofikasi
dengan penelitian ilmiah, mencari hakekat kebenaran dari ilmu, dan menciptakan
lmu pengetahuan yang berguna bagi generasi selanjutnya guna meneruskan peradban
dunia. Apabila manusia berhenti berfilsafat itu artinya manusia berhenti
berfikir.
STRATEGI MENGULANG ELABORASI DAN ORGANISASI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK
1 :
1.YUDINA LAIA
2. NURHAYATI NDRURU
3. TITI HANDAYANI ZAMILI
4. PRISKA VALENTINA LAIA
PRODI :BAHASA INGGRIS
KELAS/SEM :3-III
DOSEN
PENGAMPU :SANIAGO DAKHI S.pd,M.Hum
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NIAS
SELATAN
T.A.
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan pertolongan sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kami membuat makalah ini dengan tujuan
agar pembaca bisa memahami materi yang kami tuangkan dalam sebuah diskusi, yang
membahas tentang STRATEGI MENGULANG
ELABORASI DAN ORGANISASI. Dan kami juga berterimakasih kepada bapak SANIAGO DAKHI S.pd, M. Hum yang telah mengajarkan kami dalam
membuat makalah ini.
Dalam
makalah ini kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dalam belajar
dan pembelajaran. Dalam makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari kawan semua untuk menyempurnakan makalah ini lebih baik lagi. Atas perhatian
bersama kami ucapka terima kasih.
Telukdalam, 25 November
2014
BAB I
STRATEGI-STRATEGI
BELAJAR
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran
perlu
dipertimbangkan
karena berpengaruh dalam penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan untuk dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Guru dituntut mampu memilih
strategi
yang dapat membelajarkan siswa melalui proses pengajaran yang dilaksanakan agar pengajaran dapat tercapai
secara efektif dan hasil belajar siswa dapat lebih
ditingkatkan. Interaksi belajar mengajar yang baik terjadi apabila guru tidak
mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta
memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan
kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh
karena
itu dalam pembelajaran, faktor
keaktifan merupakan subjek belajar yang sangat
menentukan.
B. RUANG LINGKUP STRATEGI
BELAJAR
1. Istilah dan Pengertian
Secara umum
strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.
Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif.
Sulistyono (2003), mendefinisikan strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru.
Nama lain strategi-strategi belajar (learning strategies) adalah strategi-strategi kognitif yaitu suatu strategi belajar yang mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir siswa yang digunakan pada saat menyelesaikan tugas-tugas belajar (Nur, 2007). Dengan kata lain, bahwa strategi-strategi tersebut lebih dekat pada hasil belajar kognitif daripada tujuan-tujuan belajar perilaku.
Norman dalam Nur (2000b:6) juga memberikan argumen yang kuat tentang pentingnya pengajaran strategi. Pengajaran strategi belajar berdasarkan pada dalil, bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri. Ini menjadikan strategi-strategi belajar mutlak diajarkan kepada siswa secara tersendiri, mulai dari kelas-kelas rendah sekolah dasar dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif.
Sulistyono (2003), mendefinisikan strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru.
Nama lain strategi-strategi belajar (learning strategies) adalah strategi-strategi kognitif yaitu suatu strategi belajar yang mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir siswa yang digunakan pada saat menyelesaikan tugas-tugas belajar (Nur, 2007). Dengan kata lain, bahwa strategi-strategi tersebut lebih dekat pada hasil belajar kognitif daripada tujuan-tujuan belajar perilaku.
Norman dalam Nur (2000b:6) juga memberikan argumen yang kuat tentang pentingnya pengajaran strategi. Pengajaran strategi belajar berdasarkan pada dalil, bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri. Ini menjadikan strategi-strategi belajar mutlak diajarkan kepada siswa secara tersendiri, mulai dari kelas-kelas rendah sekolah dasar dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
2. Tujuan Strategi Belajar
Mengajar pada dasarnya meliputi mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri sendiri ( Weistein dan Meyer dalam Nur 2000). Secara lebih detail Weistein dan Meyer dalam Nur (2000;6) mengatakan:
Merupakan hal yang aneh apabila kita mengharapkan siswa belajar namun jarang mengajarkan mereka tentang belajar. Kita mengharapkan siswa untuk memecahkan masalah namun tidak mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Dan sama halnya, kita kadang-kadang meminta siswa mengingat sejumlah besar bahan ajar namun jarang mengajarkan mereka seni menghafal. Sekarang tibalah waktunya kita membenahi kelemahan tersebut, tibalah waktunya kita mengembangkan ilmu terapan tentang belajar dan pemecahan masalah dan memori. Kita perlu mengembangkan prinsip-prinsip umum tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana memecahkan masalah dan kemudian mengemasnya dalam bentuk pelajaran yang siap diterapkan dan kemudian masukan metode-metode ini dalam kurikulum
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka mengembangkan dan mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa merupakan tugas seorang guru untuk membentuk siswa menjadi pembelajar dengan pengendalian diri/mandiri (self-regulated Learning), Menurut Arends(1997:245) pembelajaran mandiri (self regulated learner) adalah pembelajaran yang dapat melakukan hal penting dan memiliki karakteristik, antara lain:
(1) Mendiagnosis secara tepat suatu situasi pembelajaran tertentu
(2) Memiliki pengetahuan startegi-strategi belajar efektif, bagaimana serta kapan menggunakannya
(3) Dapat memotifasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motifaror eksternal
(4) Mampu tetap tekun dalam tugas sehingga tugas itu terselesaikan
(5) Belajar secara efektif dan memiliki motifasi abadi untuk belajar
3. Langkah Mengajarkan Strategi-strategi Belajar
Untuk mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa terdapat beberapa hal/langkah-langkah yang harus diperhatikan yaitu:
(1) Memberitahu siswa bahwa mereka akan diajarkan suatu strategi belajar, agar perhatian siswa terfokus
(2) Menunjukan hubungan positif penggunaan strategi belajar terhadap prestasi belajar dan memberitahukan perlunya kerja fikiran ekstra untuk emmbuahkan prestasi yang tinggi
(3) Menjelaskan dan memeragakan strategi yang diajarkan
(4) Menjelaskan kapan dan mengapa suatu strategi belajar digunakan
(5) Memberikan penguatan terhadap siswa yang memakai strategi belajar
(6) Memberikan praktek yang beragam dalam pemakaian strategi belajar
(7) Memberikan umpan baik saat menguji materi dan strategi belajar tertentu
(8) Mengevaluasi penggunaan strategi belajar, dan memdorong siswa untuk melakukan evaluasi mandiri
C. VARIAN STRATEGI-STRATEGI
BELAJAR
Berdasarkan
teori kognitif dan pemrosessan informasi, maka terdapat beberapa strategi
belajar yang dapat dibgunakan dan diajarkan, yaitu:
1. Strategi Mengulang (rehearsal strategies)
Agar terjadi pembelajaran, pembelajaran harus melakukan tindakan pada informasi baru dan menghubungkan informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang (rehearsal) dan mengulang kompleks (complex reheasal).
a. Menggaris bawahi
b. Membuat Catatan-catatan Pinggir
Agar terjadi pembelajaran, pembelajaran harus melakukan tindakan pada informasi baru dan menghubungkan informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang (rehearsal) dan mengulang kompleks (complex reheasal).
a. Menggaris bawahi
b. Membuat Catatan-catatan Pinggir
2.
Strategi-strategi Elaborasi (elaboration strategies)
a. Defenisi
Pembelajaran elaborasi adalah
pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah
ketahui sebelumnya. Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat
dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau
cerita. Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai
dengan penyimpulan.
Implikasi dari strategi belajar ini
adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk
menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin.
D.
Temuan
Penelitian tentang Teori Elaborasi
Penelitian-penelitian itu dilaksanakan
oleh ausubel (1968), Reigeluth dan Stein (1983), Hanclosky (1986), Degeng
(1988), Wedman dan Smith (1989), dan lain-lain.
1.
Penelitian Oleh
Hanclosky (1986)
Adalah orang pertama yang melakukan penelitian
membandingkan teori
Elaborasi, advance organizer, dan analisis tugas dalam belajar konsep dan
prinsip. Salah satu dari sejumlah hipotesis yang diuji adalah bahwa untuk
belajar konsep dan prinsip teori Elaborasi lebih unggul, jika dibandingkan
dengan advance organizer dan analisis tugas.
2.
Penelitian oleh
Degeng (1988)
Dalam penelitiannya, Degeng
membandingkan model pengorganisasian pembelajaran Elaborasi dengan buku teks. Isi buku teks diorganisasi kembali
mengikuti rambu-rambu model Elaborasi. Selanjutnya organisasi isi berdasarkan
buku teks asli dan organisasi isi berdasarkan model Elaborasi, dibandingkan
pengaruhnya terhadap perolehan belajar informasi verbal, konsep, dan retensi. Ditemukan pengorganisasian pembelajaran dengan model Elaborasi lebih unggul dari pengorganisasian
pembelajaran dengan menggunakan urutan buku teks, baik untuk belajar informasi
verbal maupun konsep.
3.
Penelitian oleh
Wedman dan Smith
(1989)
Tujuannya adalah menguji pengaruh pembelajaran
yang diorganisasi dengan hirarkhi belajar dan model Elaborasi pada hasil
belajar mengingat dan menerapkan prinsip. 69 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah produksi media pendidikan
mempelajari satu dari dua versi teks pembelajaran yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip fotografi. Satu versi diorganisasi dengan menggunakan
preskripsi hirarkhi belajar, dan yang kedua menggunakan preskripsi model
Elaborasi.
C. Komponen
strategi teori Elaborasi
Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth
dan Stein (1983) mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu:
1) Urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran
Merupakan rangkaian sederhana ke
rangkaian yng lebih kompleks dimana,
* Ide umum yang digambarkan tidak
hanya meringkas ide yang ada
* Penggambaran (epitomize) dilakukan
berdasarkan pada tipe materi tunggal.
Penggambaran (epitomize) dan
meringkas dibedakan dalam dua hal penting ;
1.Menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari kelas
1.Menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari kelas
2.Menyajikannya secara konkrit,
penuharti, pada tingkat aplikasi.
Meringkas penyajiannya
mempertimbangkan hal-hal yang lebih luas, tetapi lebih dangkal, abstrak, pada
tingkatan mengingat.
Proses epitomizing dilakukan dengan
salah satu dari tiga tipe materi : konsep, prosedur, prinsip.
Konsep adalah sekumpulan objek, peristiwa,
simbol yang mempunyai karakter pasti.
Prosedur adalah kumpulan tindakan yang
berpengaruh pada sesuatu yang dicapai.
Prinsip adalah mengenal hubungan antara
perubahan pada sesuatu dan perubahan pada yang lain. Hal ini dinamakan hipotesa,
proposisi, aturan, hukum tergantung jumlah bukti kebenarannya.
Dari tiga tipe materi ini dipilih
yang paling penting untuk mencapai tujuan umum dalam kelas. Untuk selanjutnya
rangkaian elaborasi mempunyai karakterisasi : konseptual organisasi, prosedur
organisasi, teori organisasi. Esensi proses epitomizing memerlukan :
- Menyeleksi salah satu tipe materi
sebagai materi organisasi ( konsep, prinsip, prosedur )
- Membuat daftar pada materi
organisasi yang telah dipelajari dalam kelas.
- Menyeleksi beberapa materi
organisasi yang lebih mendasar, sederhana, dan fundamental.
- Menyajikan ide pada tingkatan
aplikasi
2) Urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing
subjek pelajaran)
Struktur belajar adalah struktur
yang menunjukkan fakta atau ide yang harus dipelajari sebelum mendapatkan ide
yang baru.
3) Summarizer (rangkuman)
Meringkas adalah komponen strategi
yang memberikan :
- Pernyataan singkat pada tiap
masalah/ide dan fakta yang telah dipelajari
- Contoh referensi untuk setiap
masalah/ide
- Beberapa diagnose, tes praktek
untuk diri sendiri untuk tiap masalah/ide.
4) Syintherizer (sintesa)
Dalam pembelajaran sangat penting
menggabungkan dan menghubungkan materi/ide yang yang telah dipelajari seperti :
- Memberikan macam-macam pengetahuan
yang bernilai kepada pelajar .
- Memberikan fasilitas pengertian yang
mendalam pada individu melalui perbandingan dan perbedaan.
- Menambah efek motivasi dan
keberartian pada pengetahuan baru .
- Menambah ingatan dengan menambah kreasi yang berhubungan
pengetahuan baru dan diantara pengetahuan baru dengan siswa yang relevan dengan
pengetahuan sebelumnya.
Sintesa adalah strategi untuk
menghubungkan dan menggabungkan kumpulan konsep, kumpulan prosedur, kumpulan
prinsip.
5) Analogi
Analogi menggambarkan kesamaan
antara beberapa masalah/ide baru dengan yang sudah dikenal diluar materi yang
diajarkan. Analogi menolong ketika ada masalah/ide yang sukar untuk dimengerti, dengan menghubungkan
materi yang sukar dan belum kita kenal ke pengetahuan yang sudah dikenal tetapi
diluar materi yang diajarkan.
6) Cognitive strategy activator (pengaktif strategi
kognitif)
Pembelajaran akan lebih efektif
untuk memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak sadar menggunakan
strategi kognitif yang relevan, karena bagaimana proses pemberian input pada
siswa merupakan rangkaian yang penting dalam proses belajar. Strategi kognitif
meliputi kecakapan belajar dan kecakapan berfikir yang dapat digunakan secara
menyeluruh pada materi, seperti mengkreasikan mental image dan mengenal
analogi. Strategi kognitif dapat dan harus diaktifkan selama pelajaran. 2 arti
pada penyelesaian telah digambarkan Rigney (1978) sebagai berikut :
- Pertama, pembelajaran didesain dalam
setiap cara untuk mendorong siswa menggunakan strategi kognitif khusus,
seringkali tanpa disadari siswa dalam kenyataannya menggunakan strategi ini.
Strategi ini meliputi pembelajaran dengan menggunakan gambar, diagram,
mnemonic, analogy, dan peralatan yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan
materi tertentu.
- Bentuk kedua pada aktivator adalah
strategi dimana secara langsung mempekerjakan strategi kognitif yang telah
diperoleh sebelumnya.
7) Kontrol belajar.
Siswa diberi kebebasan dalam hal
seleksi dan mengurutkan :
1. Materi yang telah dipelajari
2. Peringkat yang akan dipelajari
3. Komponen strategi pembelajaran yang
diseleksi dan urutan yang digunakan
4. Strategi kognitif khusus siswa yang
mengerjakan ketika berhubungan dengan pembelajaran.
.
2
cara yang dapat
dilakukan dalam memberikan materi pelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Elaborasi, yaitu:
1. Menjelaskan
satu topik materi, dimulai
yang mendasar
hingga pada kedalaman
materi yang diinginkan dan dilanjutkan dengan menjelaskan topik materi yang
lainnya dengan cara yang sama dengan sebelumnya.
2. Menjelaskan
seluruh submateri secara keseluruhan, yang mendasar dan dilanjutkan kepada
bagian submateri secara keseluruhan, hingga kedalaman materi yang diinginkan.
D. Prinsip-prinsip
teori Elaborasi dalam pembelajaran
a. Menyajikan
kerangka mata kuliah pada fase atau pertemuan pertama
b. Bagian-bagian
yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya di elaborasi secara bertahap
c. Bagian yang
terpenting hendaknya di elaborasi pertama kali
d. Kedalaman dan
keluasan elaborasi
hendaknya dilakukan secara optimal
e. Pensintesis
hendaknya diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi
f. Jenis
pensintesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi mata kuliah
g. Rangkuman
hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis
E. Langkah-langkah
pengajaran dengan model Elaborasi
a. Pengajaran
dimulai dengan menyajikan kerangka isi struktur yang memuat bagian-bagian yang
paling penting dari bidang studi.
b. Elaborasi tahap
pertama, yaitu mengElaborasi tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi,
mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan
rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja
diajarkan (pensintesis internal).
c. Pada akhir
Elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis
eksternal. Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai
konstruk-kontruk yang diajarkan dalam Elaborasi.
d. Elaborasi tahap
kedua. Setelah Elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan dengan
kerangka isi, pengajaran diteruskan ke Elaborasi tahap kedua, yang
mengElaborasi bagian pada Elaborasi tahap pertama dengan maksud membawa
pebelajar pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan
pengajaran. Pada Elaborasi tahap kedua ini juga disertai rangkuman dan
pensintesis internal.
e. Pemberian
rangkuman. Pada akhir Elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman dan sintesis
eksternal, seperti pada Elaborasi tahap pertama.
f. Setelah semua
Elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam
kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk Elaborasi tahap
ketiga, dan seterusnya sesuai dengan kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan
pengajaran.
g. Pada tahap
akhir pengajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan
keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.
3. Strategi Organisasi (organization strategies)
Seperti halnya strategi elaborasi, strategi organisasi bertujuan membantu pembelajaran meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Strategi-strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi sub set yang lebih kecil. Strategi-strategi ini juga terdiri dari pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Outlining, mapping, dan mnemonics yang meliputi pemotongan, akronim dan kata terkait merupakan strategi organisasi yang umum.
a. Outlining
Dalam outlining atau membuat kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Dalam pembuatan kerangka garis besar tradisional satu-satunya jenis hubungan adalah satu topik kedudukannya lebih rendah terhadap topik lain. Sama dengan strategi lain, siswa jarang sebagai pembuat kerangka yang baik pada awalnya, namun mereka dapat belajar menjadi penulis kerangka yang baik apabila diberikan pengajaran tepat dan latihan yang cukup.
b. Pemetaan Konsep (concept mapping )
Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988:149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (1988:149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.
c. Mnemonics
Mnemonics merupakan metode untuk membantu menata informasi yang menjangkau ingatan dalam pola-pola yang dikenal, hingga lebih mudah dicocokan dengan pola skemata dalam memori jangka panjang.
d. Chunking (potongan)
Misalnya seseorang dapat mengingat nomor telepon 10 angka karena ia telah membaginya dalam tiga kelompok, yaitu kode wilayah, kode tempat dan tiga nomor orang yang dituju.
e. Akronim (singkatan)
Akronim adalah singkatan [kependekan] yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Misalnya ABRI merupakan singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; Rudal singkatan dari peluru kendali; Meyjen singkatan dari Mayor Jenderal dan lainya.
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
perencanaan pembelajaran dengan membuat
silabus dan RPP sebelum memulai pembelajaran,
akan tetapi, selain membuat silabus dan RPP , dalam pembelajaran inkuiri ini guru dituntut mampu
menyiapkan media yang tepat yang bisa menimbulkan rasa keingintahuan
siswa mengenai materi tersebut. Untuk
melihat kemandirian belajar siswa, di dalam penelitian ini guru senantiasa menyiapkan lembar kerja siswa
(LKS), pemberian lembar kerja siswa
sebagai tugas ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam meningkatkan pemahamannya terhadap materi
yang diajarkan dan mengembangkan pendapatnya secara individu. Dalam pelaksanaan
pembelajaran guru berpedoman dengan RPP untuk melaksanakan tahapan-tahapan
pembelajaran, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi
inkuiri, guru senantiasa memulai
pembelajaran dengan aktivitas tanya-jawab dengan siswa mengenai materi yang dihubungkan dengan
permasalahan yang timbul di lingkungan sekitar mereka, ini dimaksudkan agar
memunculkan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat. Dalam penyampaian
materi guru senantiasa menggunakan media
pembelajaran yang tepat untuk
menghubungkan materi dengan permasalahan, media yang tepat untuk digunakan berupa video dan sosial media
lainnya berupa koran dan bahan ajar
lainnya
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan (Jakarata: Rineka cipta, 2002), 5
[2] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 124.
[3]
Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar (Surabaya : Unesa Pusat Sains
dan Matematika Sekolah, 2004), 6-7.
[4] Muhammad Nur, Strategi-strategi.
2004, 25-41.
[5]
Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar (Surabaya : Unesa Pusat Sains
dan Matematika Sekolah, 2000), 29.
[7]
Margaret E. Bell Gredler, terjm. Munandir, Belajar dan Membelajarkan
(Jakarta : Rajawali, 1991), 237.
[8]
Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar (Surabaya : Unesa Pusat Sains
dan Matematika Sekolah, 2004), 87.
[9] Angelo,
T.A., (2000). Transforming Departements into Productive Learning Communities,
In A.F. Lucas & Associates, Leading Academic .
[10] Bensimon,
E.M., K. Ward dan K. Sanders (2000). The Departement Chair’s Role in Developing New
Faculty and Scholars, Bolton, MA: Anker Publishing.
[11] Birnbaum,
R., (1998). How Colleges Work: The Cybernetics of Academic Organization and Leadership.
San Francisco: Jossey-Bass Inc.
Blustain, H., P. Goldstein dan G.
Lozier (1999).
[12] Assessing
teh New Competitive Landscape in R. Katz & Associates (Eds), Dancing with The Davil: Information ecjnology abd
the new Competition in Higher Education, pp.
[13] Management: Implications for Higher Education, pp. 233-243,
Maryville, MO: Prescott.
Creswell, J.W., D.W. Wheeler, A.T.
Seagren, N.J.Egly dan K.D. Bayer (1990).
[14] Lincoln: University Of Nebraska
Press. Dill, D.D., (1999). Academic Accountability and
University Adaptation: The
Architecture of an Academic Learning Organization, Higher Education, 38, Pp.127-154.
[15] Boston: Harvard Business School
Press. Gephart, M.A., V.J. Marsick, M.E. Von Buren, dan
M.S. Spiro (1996). Learning
Organization Come Alive, Training and Development, December, pp. 35-45.
Langganan:
Postingan (Atom)